Saturday, September 21, 2013

Laporan Mikrobiologi Uji Daya Hambat Mikroba

Laporan Mikrobiologi Uji Daya Hambat Mikroba

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang

sensitifitas  menyatakan bahwa uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk menetukan tingkat kerendahan bakteri terhadap zat anti bakteri dan untuk mengetahui senyawa murni  yang memiliki aktifitas anti bakteri. Metode uji sensifitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada kosentrasi yang rendah. Uji sentsitiifitas bakteri merupakan satuan metode untuk menentukan tingkat  kerentanan bakteri terhadap zat anti bakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas anti bakteri (Hastowo, 1992).
Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukan sensitifitas bakteri terhadap zat anti bakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin tebar diameter zona tambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sansitif (Hastowo, 1992).

Yang melatar belakangi percobaan ini yaitu praktikan dapat mengetahui beberapa zat anti mikrobial yang mempunyai daya hambat, kekuatan klasifikasi anti bacterial, pengukuran zat anti bakterial dan faktor-faktor yang mempunyai ukuran diameter zona hambatan.

1.2  Tujuan


  • Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran diameter zona hambatan.
  • Mengetahui prinsip uji daya hambat mikroba
  • Mengetahui zat anti bakteril dalam menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri secara invintro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, tetapi juga akan mempengaruhi keadaan lingkungan. Misal bakteri Termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas factor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Faktor-faktor biotik terdiri atas mahluk -mahluk hidup, sedangkan faktor-faktor alam (fisika) dan faktor-faktor kimia (Dwidjoseputro, 2005).

Yang digolangkan sebagai faktor-faktor alam ialah temperatur, keabsahan, nilai osmotik dari medium, radiasi oleh sinar biasa dan radiasi oleh sinar-sinar yang lain, serta pengahancuran secara mekanik (Dwidjoseputro, 2005).

Pada umumnya metode yang digunakan dalam uji sensivitivitas bakteri adalah metode difusi agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah disekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambta pertumbuhan inilah yang menunjukan sensivitas bakteri terhadap bahan antibaktri (Dwidjoseputro, 2005).

Berdasarkan daya kerjanya, senyawa antibakteri dibagi menjadi dua sifat, yaitu :
A.    Zat yang hanya bersifat menghambat pertumbuhan bakteri dengan tidak membunuhnya.
B.     Zat yang dapat membunuh bakteri (Bacteriosidal) (Dwidjoseputro, 2005).
Kebanyakan antibiotik yang efektif kerjanya menggangu sintesis, penyusuhan atau fungsi komponen-komponen makromolekul sel. Seperti penghambtan pembentukan dinding sel oleh pelimiskin, penghambatan sintesis protein oleh kloramfenikol (Irianto, 2006).

Antibakteri yang efektif bagi banyak spesies, baik kokus, basil maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebaliknya, suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotik yang spketrumnya sempit. Penisilis hanya efektif untuk memberantas terutama jenis kokus, oleh karena itu penisilin dikatakan mempunyai spektrum yang sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu oleh karena tetrasiklin dikatakan  mempunyai spektrum luas (Dwidjoseputro, 2005).

Zat yang dapat membunuh bakteri disebut desinfektan, germisida atau bakterisida. Apakah suatu kimia itu merupakan suatu antiseptik atau germisida, hal ini kebanyakan kali bergabtung kepada persenan konsentrasi dan lamanya kena zat tersebut (Dwidjoseputro, 2005).

Pada umumnya bakteri yang muda itu kurang daya tahannya terhadap desinfektan daripada bakteri yang tua. Pekat encernya konsentrasi, lamanya berada dibawah pengaruh desinfektan, merupakan factor-faktor yang masuk pertimbangan pula. Kenaikan temperatur menambah daya desinfektan, selanjutnya medium dapat juga menawar daya desinfektan susu, plasma darah, dan zat-zat lain yang serupa protein sering melindungi bakteri terhadap pengaruh desinfektan tertentu (Dwidjoseputro, 2005).

Diantara banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas antibiotik in vitro, hal-hal tersebut dibawah ini perlu diperhatikan, karena sangat mempengaruhi hasil-hasil pengujian
a.       pH lingkungan
b.      Komponen-komponen medium
c.       Stabilitas obat
d.      Takaran inakalum
e.       Lamanya inkubasi
f.       Aktifitas metabolisme mikroorganisme (Irianto, 2006).

Daya kerja bakterisidal berbeda dengan bakteri ostatik. Bakteriostatik berjalan searah yaitu bakteri yang telah mati tidak dapat berkembangbiak lagi meskipun bahan antibakteri telah dihilangkan bakteriostatik mempunyai karakteristik bila bahan antibakterinya dihilangkan maka bakteri tersebut dapat tumbuh lagi (Lay, 1992).

Istilah antibiotik pertama kali digunakan oleh Waksman (1945) sebagai nama dari suatu golongan substansi yang berasal dari bahan biologis yang kerjanya antagonistik terhadap mikroorganisme (Irianto, 2006).

Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan zat – zat dalam jumlah yang sedikitpun mempunyai daya hambat penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain (Dwidjoseputro, 2005).

Zat-zat seperti H2O2, Na2BO4, KMnO4 mudah benar melepaskan Ountuk menimbulkan oksidasi. Klor didalam air menyebabkan bebasnya O2, sehingga zat ini merupakan desinfektan. Hubungan klor langsung dengan protoplasma pun dapat menyebabkan oksidasi (Dwidjoseputro, 2005).

Zat seperti air raksa, perak, tembaga dan zat-zat organik seperti fenol, formaldehida, etanol menyebabkan penggumpalan protein yang merupakan konsitutuen dari protoplasma. Protein yang telah menggumpal itu protein yang mengalami denatirasi, dan didalam keadaan yang demikian itu protein tidak berfungsi (Dwidjoseputro, 2005).

Genus Stremtomyces menghasilkan streptomisin, aureomisin kloramisetin, teramisin, eritromisin, magnamisin yang masing -masing mempu yai khasiat yang berlainan. Akhir -akhir ini telah membuat klormisetin secara sintetik obat-obatan ini terkenal sebagai kloramfenicol (Dwidjoseputro, 2005).
Dalam hal infeksi oleh mikroorganisme yang resisten penelitian laboratorium sewaktu-waktu dapat menggunakan kombinasi antibiotik yang mungkin esensial (Irianto, 2006).

Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetapi hidup merupakan hal yang penting. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk mengendalikan hubungan antara mikroorganisme-makanan-manusia (Buckle, 1987).
Penggunaan antiseptik dan disinfektan.

Hingga sekarang semakinbanyak zat-zat kimia yang dipakai untuk membunuh atau mengurangi jumlah mikroorganisme dan penemuan-penemuan bar uterus muncul dipasaran. Oleh karena itu, tidak ada bahan kimia yang ideal atau yang dapat dipergunakan untuk segala macam keperluan, maka pilihan jatuh pada bahan kimia yang mampu membunuh organisme yang ada dalam waktu yang tersingkat dan tanpa merusak segala bahan yang didisinfeksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi secara kimia:

  •  Rongga yang perlu cukup diantara alat-alat yang didisinfeksi. Sehingga seluruh permukaan alat tersebut dapat berkontak dengan disinfektan.
  • Lamanya disinfeksi harus tepat alat-alat yang didisinfeksi jangan diangkat sebelum waktunya.
  • Sebaiknya menyediakan hand lotion untuk merawat tangan setelah berkontak dengan disinfektan.
  • Beberapa Disinfektan dan Antiseptik
a.   Logam-logam Berat
logam berat berfungsi sebagai antimikrobe oleh karena dapat mempresipitasikan enzim-enzim atau protein esensial dalam sel. Logam berat yang umumnya dipakai adalah Hg, Ag, Zn, dan Cu.

b.   Fenol dan Senyawa-senyawa Sejenis
fenol (asam karbol) untuk pertama kalinya dipergunakan lister didalam ruang bedah sebagai germisida untuk mencegah timbulnya infeksi pasca bedah.

c.   Alkohol
Alcohol merupakan zat yang paling efektif dan dapat diandalkan untuk sterilisasi dan disinfeksi. Alcohol mendenaturasikan protein dengan jalan dehidrasi dan juga merupakan pelarut lemak.

d. Aldehid
Cara bekerjanya aldehid ialah dengan cara membunuh sel mikroba dengan mendenaturasikan protein.

e.   Yodium
Larutan yodium baik dalam air maupun dalam alcohol bersifat sangat antiseptic dan telah lama dipakai sejak lama sebagai antiseptic kulit sebelum proses pembedahan.

f.    Detergen
Sabun biasa tidak banyak khasiatnya sebagai zat pembunuh bakteri (bakterisida) tetapi kalu dicampur dengan hesaklorofen daya bunuhnya menjadi besar sekali.

g.   Antibiotik
Antibiotik adalah suatu substansi (zat-zat) kimia yang diperoleh dari atau dibentuk dan dihasilkan oleh mikroorganisme dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikitpun mempunyai daya panghambat kegiatan mikroorganisme yang lain (Hastowo, 1992).

BAB III METODE KERJA

3.1         Waktu dan Tempat

            Pratikum kali ini, melakukan percobaan tentang Uji Daya Hambat Mikroba yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 27 April 2011, pukul 10.00-12.00 WITA. Pengulangan percobaan pada hari Kamis, tanggal 28 April 2011, pukul 11.30-14.30 WITA dan pengamatan pada hari Jumat, tanggal  29 april 2011, pukul 09.30-11.30 WITA bertempat di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samrinda.

3.2         Alat dan Bahan

3.2.1   Alat-alat

  • laminar air flow
  • autoclave
  • hot plate
  • timbangan analitik
  • incubator
  • rak tabung reaksi
  • tabung reaksi
  • cawan petri
  • labu Erlenmeyer
  • lampu Bunsen
  • jarum ose
  • pinset
  • mikropipet
  • gelas ukur
  • magnetic stirrer
  • pipet volume
  • lidi dengan ujung berkapas
  • penggaris
  • spidol
  • kertas cakram
  • spray
3.2.2   Bahan-Bahan

  • biakan bakteri staphylococcus aerus
  • Nacl 0,9 %
  • Media LBA
  • ampicillin 0,0125 gr
  • amoxilin 0,0125 gr
  • chloramphenicol 0,0125 gr
  • detergen
  • wipol
  • listeryn
  • detol
  • bayclin
  • kertas label
  • aquades 10 ml
  • alcohol 70 %
  • aluminium foil
  • kertas
  • karet gelang
  • tissue
  • kertas cakram

3.3         Cara Kerja

3.3.1   Uji Daya Hambat Bakteri Antibakteri

  1. disemprotkan alcohol kepada tangan pratikan yang akan melakukan percobaan
  2. disiapkan cawan petri, media lba padat, bahan-bahan, lampu Bunsen, tabung reaksi, rak tabung reaksi, dan kertas cakram
  3. ditimbang bahan-bahan yang merupakan sebanyak 0,125 gr kemudian dilarutkan pada 10 ml aquades
  4. disiapkan tabung reasi yang bersisi biakan bakteri staphylococcus aerus dan nacl 0,9 % serta cawan petri yang sudah berisi media lba padat untuk antibakteri
  5. diambil 4 ose dari tabung reaksi biakan bakteri  staphylococcus aerus kedalam tabung reaksi berisi nacl 0,9 %
  6. kemudian dimasukkan lidi berujung kapas steril didalam tabung-tabung reaksi yang berisi nacl 0,9 % kemudian diangkat diswabkan kedalam cawan petri untuk antbakterial yang terdapat media lba beberapa kali sampai rata pada permukaan media
  7. bakar pinset agar steril, diamkan sebentar agar dingin
  8. kemudian ambil kertas cakram, celupkan dalam larutan ampicillin kemudian masukkan kedalam cawan petri yang sudah diswab tadi dengan ditekan pelan kertas cakramnya, bakar kembali pinset lakukan berulang-ulang pada larutan chloramphenicol, amoxilin, dan detergen
  9. diberi kertas label dibawah cawan petri yang berisi kertas cakram dengan bertuliskan, ampicilin, chloramphenicol, amoxilin dan detergen
  10. dipanaskan cawan petri biar steril
  11. diinkubasikan pada temperatur 37° c selama 24 jam
  12. diamati dan diukur diameter hambatannya menggunakan penggaris kemudian ditulis datanya dan dihitung
3.3.2   Uji Daya Hambat Bakteri Disinfektan

  1. disiapkan cawan petri, media lba padat, bahan-bahan lampu Bunsen, tabung reaksi, rak tabung reaksi dan kertas cakram
  2. dilarutkan bahan-bahan pada 10 ml aquades
  3. disiapkan tabung reaksi yang berisi biakan bakteri staphylococcus aerus dan nacl 0,9 % serta cawan petri yang sudah berisi media lba padat untuk disinfektan
  4. diambil 4 ose dari tabung reaksi biakan bakteri Staphylococcus aerous kedalam tabungreaksi berisi NaCl 0,9%
  5. kemudian dimasukkan lidi berujung kapas steril didalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9%, kemudian diangkat, disuabkan kedalam cawan petri untuk didesinfektan yang terdapat media LBA beberapa kali sampai rata pada permukaan media
  6. bakar pinset agar steril, diamkan sebentar agar dingin
  7. kemudian ambil kertas cakram, dicelupkan dalam larutan wipol kemudian dimasukkan kedalam cawan petri yang sudah disuab tadi dengan ditekan pelan kertas cakramnya, ulang pada larutan bayclean, listerin dan detol
  8. diberi kertas lebel di bawah cawan petri yang berisi kertas cakram dengan bertuliskan wipol, detol, bayclean dan listerin
  9. dipanaskan cawan petri biar steril
  10. diinkubasi pada temperatur 37oC selama 24 jam
  11. diamati dan diukur diameter hambatnya menggunakan penggaris kemudian ditulis datanya dan dihitung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1                    Hasil Pengamatan

4.1.1 Tabel Pengamatan Uji Daya Hambat Mikroba
No.
Zat Anti Mikroba
Keterangan
1.
Atibiotik

1.      Ampisilin
2.      Chloramfenicol
3.      Deterjen
4.      Amoxisil
2.
Desinfektan

1.      Detol
2.      Wipol
3.      Bayclin
4.      Listerin



4.3      Pembahasan

Antibiotik adalah zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang mempunyai khasiat antimikrobal.
Orang yang pertamakali mempelajari antibiotik secara sistematis adalah Gratia dan Dath (1924) dengan menemukan Actinomycetin yang berasal dari Actinomycetes. Sampai sekarang sudah ditemukan beribu-ribu antibiotika, tetapi tidak semuanya dapat digunakan dalam pengobatan (Entjang, 2003).
Antibiotika yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat berikut:

  1. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang luas
  2. Tidak menimbulkannya terjadinya resisten dan mikroorganisme pahogen
  3. Tidak menimbulkan pengaruh samping yang buruk pada host, seperti reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung dan sebagainya.
  4. Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dati host seperti flora usus atau flora kulit (Entjang, 2003).

Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri baik kakus, basil maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebaliknya suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies bakteri tertentu disebut antibiotik yang spektrumnya sempit  (Dwijdoseputro, 2005).

Desinfektan merupakan proses yang mematikan semua mikroorganisme patogen dengan cara kimiawi atau fisik. Desinfektan mempunyai daya kerja terhadap vegetatif dari mikroorganisme, tetapi belum tentu mematikan sporanya, sedangkan antiseptis merupakan proses yang mencakup inaktifitas atau mematikan mikroorganisme dengan cara kimiawi. Antiseptik dapat bersifat bakterisidal atau bakteri kostatik. Proses bakteri kostatik hanya menghentikan pertumbuhan bakteri istilah desinfektan, sehinga penggunaannya boleh dikatakan sinonim (Lay, 1992).

Syarat yang ideal untuk desinfektan :

  1. Toxisitas yang tinggi terhadap mikroba
  2. Kelarutannya tinggi
  3. Stabilitasnya tinggi
  4. Tidak bersifat toxis terhadap manusia dan binatang, yang paling ideal adalah sangat toxis kepada mikroba, tetapu tidak toxis terhadap manusia dan ninatang.
  5. Homogen
  6. Tidak mudah membentuk ikatan kimia dengan zat organik lainnya
  7. Bersifat toxis terhadap mikroba pada suhu kamar atau suhu badan
  8. Tidak bersifat korosif dan tidak memeberi warna
  9. Tidak berbau yang mengganggu, kalau bisa berbau wangi
  10. Daya tembusnya tinggi
  11. Bersifat deterjen (membersihkan / mencuci)
  12. Harganya murah dan mudah dibuat.
Komponen-komponen desinfektan terdiri dari, garam atau basa yang kuat dengan komponen-komponen amonium yang terdiri dari empat bagian. Adanya unsur radikal dalam garam atau basa tersebut. Radikal merupakan golongan alifat dan asam sulfat (Dwidjoseputro, 2005).
Desinfektan berfungsi untuk mematikan sel vegetatif tetapi tidak mematikan bentuk spora mikroorganisme penyebab penyakit (Pelczar, 2006).

Staphylococcus aureus adalah bakteri yang mempunyai sifat bakteri bentuk cocus, gram positif, formasi staphylae, mengeluarkan endotoxin, tidak bergerak tidak mampu membentuk spora. Fakultatif anaerob, sangat tahan terhadap pengeringan, mati pada suhu 60°C setelah 60 menit. Merupakan flora pada kulit dan saluran pernapasan bagian atas. Di alam terdapat pada tanah, air dan debu diudara (Entjang, 2003).

Penyakit yang dapat ditimbulkan adalaf infeksi bernanah dan abses. Infeksinyakan lebih berarti bila menyerang anak -anak, usia lanjut dan orang yang daya tahan tubuhnya menurun, seperti penderita diabetes melitus, luka bakar dan AIDS (Entjang, 2003).

Pencegahan penyakit dilakukan dengan meningkatkan daya tahan tubuh, hygiene pribadi dan sanitasi lingkungan (Entjang, 2003).

Dari percibann ini didapatkan data dari antibiotik ampisilin diameter zona beningnya adalah 42,25mm dan indeks daya hambatnya 61,04mm, antibiotik chloramfenicol diameter zona beningnya adalah 26mm dan indeks daya hambatnya 3,33mm, pada antibiotik amoxilin diameter zona beningnya adalah 0 mm dan indeks daya hambatnya 0m, sedangkan pada deterjen diameter zona beningnya adalah 49,75mm. Dari data ini didapatkan bahwa pada amoxilin tidak terdapat zona bening maupun indeks daya hambat.

Dari desinfektan, detol dimeter zona beningnya 47,74mm dan indeks zona hambatnya 6.96mm. Bayclin diameter zona beningnya 0 dan indeks zona hambatnya -1, pada wipol diameternya zona bening 0 dan indeks daya hambatnya -1, sedangkan pada listerin diameter zona beningnya dan indeks zona hambatnya masing-masing adalah 0mm dan -1mm, dari data ini didapatkan bahwa pada bayclin, wipol, dan listerin tidak terdapat diameter zona beningnya.

Dalam pratikum ini digunakan antibakterial yang terdiri dari 3 antibiotik dan 1 detejen, yang dimana amoxilin merupakan salah satu antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel dengan mengikat salah satu atau lebih pada ikatan penisilin -protein sehingga menyebabkan penghambatan pada tahapan akhir transpeptidase sintesis peptidoglikan dalam dinding sel bakteri, akibatnya biosintesis dinding sel terhambat, dan sel bakteri menjadi pecah (lisis) (Anonim,  2011).

Ampisilin memiliki mekanisme yang sama dalam penghancuran dinding sel peptidoglikan, hanya saja ampisil mampu berpenetrasi kepada bakteri gram positif dan gram negatif. Hal ini disebabkan keberadaan gugus amino pada ampisilin, sehingga mampu menembus membran terluar pada bakteri gram negatif (Anonim, 2011).

Chloramfenicol adalah antibiotik yang mempunyai aktivitas bakteriostatik dan pada dosi tinggi bersifat bakterisidal. Aktifitasnya menghambat sintesis protein dengan jalan mengikat ribosom yang merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan peptida (Anonim, 2011).

Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh organisme (mikroorganisme) hidup, yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain, bahkan dapat memusnahkannya (Irianto, 2006).
Berdasarkan sifatnya (daya hancutnya) antibiotik dibagi menjadi dua :

  1. Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu bakteri yang bersifat dektruktif terhadap bakteri
  2. Antibakteri yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.
Bakterisidal adalah suatu bahan yang mematikan bentuk-bentuk vegetatif bakteri, sedangkan bakteriostatik adalah suatu keadaan yang menghambat pertumbuhan bakteri (Pelczar, 2006).
Dari percobaab ini didapatkan faktor kesalahan yaitu : tidak telitinya cara penculupan lidi kedalam larutan suspensi bisa mengakibatkan tidak terambilnya suspensi, pada saat melakukan suap bila tidak dilakukan dengan benardan rata pada permukaan media LBA dapat mengakibatkan tidak tumbuhnya bakteri tersebut.

BAB PENUTUP

5.1         Kesimpulan

Didapatkan hasil kesimpulan dari uji daya hambat mikroba:

  • Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran diameter zona hambatan ialah: kelarutan supensi bakteri. Waktu pengeringan atau peresapan sespensi bakteri, tenperatur inkubasi, waktu inkubasi, tebal agar-agar, jarak antara seobat.
  • Prinsip percobaan uji daya hambat mikroba adalah menghambat membasmi atau menyingkirkan mikroorganisme dengan cara mengganggu pertumbuhan dan metabolism melalui mekanisme penghambatan pertumbuhan mikroorganisme menggunakan zat antibacterial.
  • Zat anti bakterial dalam menghambat atau membunuh  pertumbuhan bakteri secara in vitro. Ada dua yaitu diffusion test dan dilution test.

5.2         Saran

Pada percobaan ini sebaiknya bahan-bahan yang digunakan dapat lebih diperbanyak agar pratikan bisa mengetahui bahan-bahan apa saja yang bisa menghambat seperti penicillin pada obat-obatan.

DAFTAR PUSTAKA

Buckel. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia : Jakarta

Dwidjoseputo, D. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta

Entjang, Indan. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. PT Citra Aditya Bakti : Bandung

Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Wyrama Widya : Bandung

Lay, Bibiana W dan Sugyo Hastowo. 1992. Mikrobiologi. Rajawali : Jakarta

Pelczar, micheal. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press : Jakarta

Anonim. 2008. http://queenufsheba.wordpress.com.Bakteri/staphylococcus/aureus. diakses tanggal 2 mei 2011. Pukul 23.00 WITA



No comments:

Post a Comment

About Me

Saya seseorang yang bercita-cita menjadi Process Engineer.
Designed By Seo Blogger Templates